Cerita di balik ‘popularitas’ akun @nayaslime18 berawal ketika suatu hari di sekolahnya, Naya, begitu ia biasa disapa, bertemu salah seorang kakak kelas yang membawa mainan kenyal seperti jelly bernama slime. Rasa ingin tahunya membuat Naya penasaran, “apa sih benda itu?”. Rupanya, perkenalan pertama Naya dengan slime membuatnya langsung jatuh cinta.
Berbekal pengetahuan tentang alat, bahan, serta cara pembuatan slime yang dia dapat dari YouTube, Naya meminta uang kepada ibunya untuk membeli semua yang dibutuhkan. Bermodalkan Rp50.000,- Naya membuat slime pertamanya. Namun percobaan pertamanya ketika itu gagal.
Tak menyerah pada kegagalan, Naya justru malah semakin merasa tertantang. Ia terus mencoba meski sang ibu tak menyukai apa yang ia lakukan. “Naya beberapa kali minta uang 50 ribu, bilang buat ke toko buku, ke supermarket, beli bahan slime itu. Saya pikir, ‘dia ngapain?’ deterjen dicampur dengan lem, rumah berantakan, bahan-bahan berserakan. Ngapain buang-buang uang?”, kisah sang Ibu. “Saya omelin, dia buatnya ngumpet-ngumpet di kamar mandi”, lanjutnya seraya tertawa.
Kesukaan Naya pada slime rupanya tak mati oleh larangan ibu. Ia justru memberi pengertian tentang slime, mainan yang disebutnya “sedang tren” itu. Lama-kelamaan, hati sang ibu luluh juga melihat buah hatinya tekun mencoba meski kegagalan berkali-kali dirasakannya.
Percobaan bisnis slime ini pun dimulai dari sekolah. Pada suatu kegiatan, Naya menjajakan slime buatannya untuk pertama kali. Di luar dugaannya dan sang ibu ketika itu, slime Naya yang dijual Rp8.000,- /cup laris keras. Ketika ditanya kenapa ia memilih slime untuk dijual, jawabannya sederhana, mencerminkan keluguan dan kekanak-anakannya, “karena lucu aja, aku suka”.
sumber: http://www.bintang.com/success/read/2625903/kisah-naya-hanya-berpikir-sedekah-meski-penghasilan-puluhan-juta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar